Graham Potter Bukan Harry Potter



Kekalahan Chelsea semalam melawan Southampton dengan skor 0-1 membuat fans tersadar bahwa Graham Potter bukan Harry Potter. Iya karakter film yang punya kekuatan magical dengan tongkat di tangannya. Nama belakangnya saja yang mirip tapi kemampuannya jauuuuh. Meragukan memang waktu Graham Potter ditunjuk sebagai pelatih Chelsea waktu itu. Saya pun begitu. Bagaimana dengan anda? Atau malah sudah kesal dari awal karena tidak memilih Harry Potter setelah memecat Tuchel. Setidaknya kalau Harry tidak bisa menang Premier League masih ada harapan Chelsea juara Quidditch.

Penujukkan Graham Potter memang sesuatu yang aneh bagi saya. Dia memang membawa Brighton menjadi penghambat tim besar waktu itu, tapi baru sebatas itu. Mungkin bagi pemain gim Football Manager cukup kesal dengan penunjukkan dia. Bahkan saya yang bermain gim tersebut dan membawa tim sekelas Blackburn Rovers ke Europa League saja ketika daftar pelatih Chelsea ditolak tanpa wawancara dahulu. Maaf curhat. Terlalu mudah bagi Graham Potter menuju tim besar.

Memang beberapa pelatih punya jalan hidup yang singkat menjadi pelatih tim besar dan sukses namun bukan Graham Potter. Menangani tekanan besar dari fans, pemain, dan pemilik jadi tantangan besar di tim besar. Belum lagi media Inggris yang kejamnya sama dengan mulut orang julid sekitar kita. Di Brighton, Graham Potter terbiasa menghadapi pemain yang setara bahkan dibawahnya mudah untuk mengaturnya. Musim ini memang Chelsea sedang dihuni pemain muda tapi bukan muda yang tanpa ambisi individu. Namanya bahkan lebih besar dari Graham Potter. Soal pemilik dan fans mungkin tidak semenuntut tim besar waktu dia melatih Brighton.

Sulit rasanya percaya kepada Graham Potter dengan 20-an tanpa adanya progres dalam segi permainan. Jujur saja menonton Chelsea dari dulu memang tidak menyenangkan dan sekarang makin tambah. Terlihat sekali lini tengah dan penyerang seperti tidak tahu arahnya mau kemana. Mungkin ini proses tapi sekali lagi sampai kapan? Sulit melihat proses yang arahnya entah menuju kemana. Kekehancuran mungkin? Alasan pemain baru banyak berdatangan dan masih butuh adaptasi kurang bisa dimengerti karena sudah ada 9 laga setelah pemain baru berdatangan.

Walaupun nantinya Graham Potter akan sukses saya kurang suka dengan pendekatannya. Lagi-lagi sebagai fans saya cuma berharap agar tidak segegabah itu memilih pelatih. Apalagi pemilik baru punya arah yang kurang jelas bagi saya dan rawan terkena sanksi di tahun-tahun berikutnya. Semoga pemilik baru berintrospeksi diri dengan langkah yang diambil. Sekian curhatan ini. Terima kasih. Salam sporty.

Komentar

Postingan Populer